Jumat, 13 September 2013

Citra Niaga

Hello sahabat, kali ini aku ingin mengajak kalian jalan-jalan ke Samarinda. Kalau nyebutin Samarinda yang terletak di Pulau Borneo yang terlintas dalam banyangan kalian aku yakin pasti nyebutin hutan, batu bara, kelapa sawit, minyak, dan sungai MAHAKAM. Katanya nih yah kalau kita pernah minum air sungai mahakam, maka kita bakal datang lagi ke Kota ini. "Aku ngga tau ini benar atau ngga yah". Terus, orang di luar Kalimantan pasti mikir kalau orang-orang disini pada kaya kan? Yah, itu sih mungkin karna biaya hidup disini lebih mahal. So, kalau orang Kalimantan ke Pulau Jawa misalnya jangan heran kalau mereka belanja ini-itu, soalnya mereka dijamin ngga bakal dapat harga semurah di Jawa jika mereka di Kalimantan. Jadi, kesannya orang Kalimantan pada kaya semua. Right?

Guys, aku pengen ngajak kalian jalan-jalan ke Samarinda. Kalau Jogja terkenal dengan Malioboro, Samarinda terkenal dengan CITRA NIAGA. 
CITRA NIAGA

Citra niaga itu adalah pasar. Di Pasar ini kalian bisa menemukan barang-barang kerajinan tangan khas Kalimantan, pakaian adat dayak, gelang-gelang batu, batik kalimantan, kaos, tas, tameng, serta pernak-pernik lainnya. Kalau kalian pecinta aksesoris jangan lewatkan kunjungan ke citra niaga jika bertandang ke Samarinda. Nah barang-barang tersebut kebanyakan dibuat di Desa Pampang. Sebuah desa di Samarinda yang penduduknya adalah suku Dayak.




Selain toko aksesoris, kawasan pasar ini juga penuh dengan toko-toko lain seperti pakaian, sepatu, buku, hp, dan banyak warung makanan khas kalimantan dengan berbagai menu. Upsss, makanan yang terkenal disini adalah Soto Banjar.

Warung Makanan
Pada waktu-waktu tertentu di pelataran Citra niaga sering diadakan acara seperti bazaar, konser, halal-bihalal, dan acara-acara lainnya.

Pelataran Citra Niaga
Sekian ya !

Minggu, 08 September 2013

Ayah, Buya Hamka

Buya Hamka, begitulah orang-orang mengenalnya !

Aku pernah mendengar nama itu tapi sosoknya tak aku kenal.
Tahun 2011 saat pertama kali menginjakkan kaki di Ibukota Jakarta, aku melewati kampus Universitas Muhammadiyah Prof.DR.Hamka, masih tak ada bayangan sama sekali tentang beliau. Aku tahu bahwa beliau adalah seorang ulama dari novel Negeri 5 Menara karangan A.Fuadi. Dalam novel tersebut A.Fuadi menceritakan bahwa ibunya ingin Alif menjadi seorang ulama seperti Buaya Hamka. Seorang ulama yang berasal dari Maninjau, Sumatra Barat.
Hingga aku mengenal sosoknya lebih dekat melalui buku karangan Irfan Hamka, anaknya.



Nama lengkapnya adalah Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Abdullah atau lebih dikenal dengan julukan HAMKA, beliau lahir di Maninjau, Sumatera Barat pada tanggal 17 Februari 1908.

Tak banyak yang tahu bahwa beliau adalah anak dari orang tua yang broken-home, masa kecilnya harus dilewati dengan berpindah-pindah. Ia pernah menderita sakit cacar di sekujur tubuhnya yang menyebabkan bekas-bekas luka cacar di wajahnya yang membuat saudara dan temannya dikampung menghinanya karna fisik yang buruk. Ia sering diejek karna kemampuan bahasa arabnya tidak bagus dan banyak yang salah, ditolak jadi guru di Sekolah Muhammadiyah karna tidak memiliki diploma sebagai tanda tamat belajar. Pengalaman hidup yang dialaminya membentuknya menjadi sosok yang tegar lebih tegar hingga ia bertekad untuk terus belajar dan membaca hingga akhir hayatnya. Hausnya akan ilmu pengetahuan menuntunnya ke Tanah Jawa hingga ke Tanah Suci Mekkah pada usia 19 tahun untuk belajar dan akhirnya ia menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar (Universitas tertua di dunia).

Dalam urusan agama beliau adalah sosok yang sangat berhati-hati dalam soal akidah. Dia telah menghasilkan tafsir al-azhar 30 juz ketika beliau dipenjara pada zaman rezim Soekarno, rutin memberikan pengajian di Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran, mengajarkan tasawuf. Dalam dunia sastra beliau telah menghasilkan banyak tulisan diantaranya Tenggelamnya Kapal Van der Wicjk, Di Bawah Lindungan Ka'bah (difilm kan), Merantau ke Deli, dll. Beliau juga punya peranan penting dalam dunia politik.

Sabtu, 07 September 2013

Selamat Jalan Pak

Selamat Jalan Pak, Semoga Engkau tenang disisi-Nya !

Menjelang Ashar tadi, saya mendapat berita duka. Bapak Pimpinan Pondok Pesantern DDI Lil-Banat dan Pondok Pesantren Al-Badar Parepare telah meninggalkan dunia ini setelah dirawat beberapa lama di Rumah Sakit Wahidin Makassar. Hari ini Sulawesi Selatan berduka, PB DDI berduka, NU berduka, 2 Pondok Pesantren besar di Parepare berduka, dan banyak yang merasa kehilangan.

Semoga Engkau tenang disana, bertemu dengan Sang Pencipta,
Semoga amal ibadahmu, diterima di sisi-Nya,
Semoga mendapat tempat di Firdaus-Nya,
jasa-jasamu akan selalu dikenang.


Bapak Prof.Dr.H.Abd.Muiz Kabry

Jumat, 06 September 2013

Melipat Batas

Dear September,
Berita gembira datang dari penerbit Diva Press. Book plan IELSP yang sudah dirancang dari tahun lalu akan publish September ini. Buku dengan judul "MELIPAT BATAS" berisi kumpulan tulisan alumni IESLP perwakilan tiap batch/cohort 1-10 yang mengisahkan perjuangan alumni IELSP dalam memburu beasiswa tersebut, kebangkitan mereka setelah kegagalan, motivasi dari orang-orang terkasih, serta cerita-cerita berkesan mereka saat berada di Amerika yang dapat dijadikan pembelajaran hidup. Kumpulan cerita ini ditulis oleh 32 orang alumni. Saya mewakili cohort 9, ikut menyumbang tulisan dalam buku tersebut. Walau aku bukan penulis, alhamdulillah rangkaian tulisan aku juga ikut mewarnai buku tersebut.
Kata pengantar buku ini oleh Scot Marciel (Duta Besar Amerika untuk Indonesia) dan berisi pesan dari Bapak Anies Baswedan (Ketua Gerakan Indonesia Mengajar).

Selamat membaca dan semoga membawa manfaat !!!

Cover Tampak Depan

Cover Tampak Belakang






Rabu, 04 September 2013

I Miss Teaching

Otak ini jadi rasanya jadi mumet. Aku yang biasanya punya list target pekerjaan yang harus dikerjakan tiap hari hanya mandangin layar komputer. Ngga banyak lagi yang perlu dikerjakan setelah mahasiswa Double Degree berhijrah ke Negeri Gajah Putih untuk melanjutkan study tahun ajaran kedua mereka. Jadilah Gedung dan kantor ini sepi, ngga ada lagi mahasiswanya dan tiba-tiba rasanya kesetrum pengen ngajar.

I miss teaching.

*Mungkin ini efek karna aku sudah terbiasa dengan list pekerjaan. Kepalaku jadi mumet ketika ngga ada sesuatu yang harus dikerjakan.

Selasa, 03 September 2013

Rinai Hujan

2 Hari Rinai Hujan Mengguyur Samarinda !

Tiap kali hujan turun ada dua kemungkinan rasa yang muncul dalam benakku: bahagia dan rempong.


Bahagia itu ketika hujan lebat dan aku berada dirumah. Maka kubuka jendela kamarku, kuhitung berapa banyak rinai hujan yang turun. Serasa bebas dan lepas keangkasa lalu menyatu dengan alam.


Rempong itu ketika rinai hujan mengguyur kota ini tanpa permisi dan aku berada diluar rumah. Kalau nungguin hujan reda lalu pulang kerumah tak ada yang bisa menjamin akan ada banjir dibeberapa titik. Hujan deras 30 menit saja akan menyebabkan banyak titik air sampai lutut. 
Nah, kalau menerobos hujan walau menggunakan jas hujan ngga akan ada yang menjamin ngga bakal basah kuyup sampai dirumah dan akan melewati titik-titik air yang berwarna coklat dan sampah-sampah keluar dari tempat persembunyiannya.

Hujan oh hujan,Entah musim hujan atau bukan, Samarinda sering diguyur hujan. 


Pertama kali tinggal di Kota ini, aku surprise bukan kepalang melihat banjir yang terjadi. Bagaimana tidak, hujan yang turun dalam beberapa hitungan menit saja bisa menimbulkan gennagan air. OMG !!!Terkadang rasanya jengkel jika aku harus menerobos hujan itu, namun  aku malu pada diriku sendiri melihat masyarakat Samarinda yang begitu menikmati hujan dan banjir. Aku katakan mereka menikmatinya karna aku hampir tak menemukan orang yang menerobos rambu-rambu lalu lintas dalam keadaan hujan dan banjir itu. Padahal kebanyakan titik rambu lalu lintas itu baik diperempatan maupun pertigaan jalan merupakan titik derasnya air. Orang yang dorong motor akan mudah ditemukan dimana-mana, ini menjadi pemandangan yang biasa di Kota ini. Yang lebih lucunya, hujan yang turun itu tidak mengguyur satu kota. Hanya beberapa bagian saja sehingga aku sering menyebutnya hujan lokal.