Kamis, 19 Desember 2013

Lautan Api

2 hari yang lalu ketika saya sedang asyik mengerjakan pekerjaan kantor sekitar pukul 16.30 Hp saya berbunyi. Ketika saya angkat, hanya suara tangis yang terdengar lalu telpon itu terputus tit titttt. Ada apa gerangan??? Baru kali ini saya mendengarnya sesenggukan seperti itu, pikirku. Kutelpon lagi nomor itu, suara diseberang sana sudah agak reda tangisnya lalu saya mencoba untuk tenang dan bertanya apa yang sedang terjadi dan dia menjawab 'kebakaran rumahku' tit titttt. Hanya itu yang saya dengar. Kutelpon lagi nomor itu dan yang menjawab bukan siempunya Hp.

Setelah percakapan putus nyambung itu, saya lalu menulis status di FB kalau saya turut berduka cita atas apa yang menimpa keluarga sahabatku, Rossy tanpa menyampaikan jika rumahnya kebakaran. Saya sendiri masih bingung harus menjawab apa jika ditanya teman2 apa yang terjadi? Saya hanya menjawab kebakaran. Itu saja yang saya tahu, TITIK.

Malamnya baru saya tahu dengan jelas jika rumahnya hangus terbakar dan dia menyaksikan kejadian tersebut dengan mata kepalanya sendiri ketika menelponku sambil mengangis. Rumah batu yang saya kunjungi terakhir setelah idul fitri kemarin hangus terbakar dan tinggal menyisakan dinding rumah dan atap teras yang juga sudah terkena api. Tak ada barang-barang yang bisa diselamatkan; barang elektronik, pakaian, sertifikat dan ijazah, serta uang (masih ada sejumlah uang yang ditemukan setelah kebakaran karna tak hangus terbakar).

Bencana itu menimpamu sobat. Lautan api itu telah menghancurkan semuanya dalam hitungan 30 menit! Sungguh perih mendengarmu sesenggukan waktu itu tapi saya sangat salut dengan kebesaran hatimu. Kebesaran hatimu menerima cobaan itu dan mengembalikan pada semuanya. Allah telah memilihmu memberikan cobaan itu karna kamu adalah orang yang kuat dan putih hatinya.

Bebesar hatilah sahabatku !
Setelah kesusahan ada kemudahan
*Big hug from miles away

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah sebuah novel yang ditulis oleh Buya Hamka pada masa penjajahan Belanda. Novel ini sangat populer pada zamannya dan merupakan sebuah karya sastra Indonesia yang masih harum dibicarakan hingga hari ini bahkan novel ini menjadi bacaan wajib di beberapa sekolah (tapi saya belum baca loh novelnya hehe).

Adaptasi novel ini telah difilmkan dengan judul yang sama dengan novelnya dan rilis pada tanggal 19 Desember 2013. Film ini menceritakan tentang persoalan adat yang belaku di Minangkabau dan perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih dan berakhir dengan kematian.

Laki-laki tampan dan cerdas yang lahir di Makassar itu bernama Zainuddin. Ayahnya berasal dari Padang dan Ibunya dari Makassar. Setelah kematian Ayahnya ia ingin menjalin hubungan silaturrahim dengan keluarganya di Batipuh, Padang serta ingin belajar agama. Maka berangkat ia ke negeri rantau. Disana ia jatuh cinta dengan seorang Bunga Desa di kampungnya. Seorang wanita cantik dari keturunan Bangsawan dan cintanya disambut dengan suka cita oleh Hayati.

Karna aturan adat yang begitu kuat dinegeri itu, dia diminta untuk meninggalkan Batipuh setelah orang-orang disana mengetahui hubungan asmara antara Zainuddin dan Hayati.Laki-laki cerdas yang bukan berasal dari kalangan Bangsawan itu kemudian pindah ke Padang Panjang menuntut ilmu agama. Disana dia sempat bertemu dengan Hayati yang datang menonton lomba pacuan kuda. Di Padang Panjang Hayati bertemu dengan Azis yang kemudian melamarnya. Zanuddin juga melamar Hayati melalui surat yang dikirimkannya. Tapi akhirnya Hayati menerima pinangan Azis walau dengan berat hati karna aturan adat itu.'Pernikahan antara keturunan dan kecantikanpun terjadi'. Bersusah hati dan sedih serta sakitlah Zainuddin karna kekasih hatinya telah diambil oleh seseorang.

Dengan rasa sakit yang dibawanya dan sebuah harapan untu hidup, Zainuddin berangkat ke Batavia 'Jawa' untuk melanjutkan hidupnya. Disana ia menjadi penulis yang terkenal. Namanya termashur dan harum di mana-mana. Suatu malam, Hayati dan Azis mengahdiri sebuah pesta.Ternyata yang mengadakan pesta itu adalah Zainuddin. Kini dia menjadi orang kaya dan terkenal serta baik hatinya, namun cintanya pada Hayati masih begitu besar begitu pun sebaliknya. Ketika Hayati pulang ke Padang dengan menumpangi Kapal Van Der Wijck, kapalnya tenggelam. Cinta suci Hayati masih ia bawa sampai mati.

Happy Watching ^_^

Kamis, 12 Desember 2013

Negeri Gajah Putih (1)

First step in Bangkok
Seberapa jauhpun kaki melangkah, tempat yang paling nyaman adalah rumah sendiri.

Minggu lalu, 1 Desember 2013 langkah kaki ini berpijak di Negeri Gajah putih selama 1 minggu. Dengan mengendarai Innova dari Samarinda ke Balikpapan menuju Bandara Sepinggan selama 3 jam, kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Bandara Soekarno Hatta Jakarta Selama 2 jam dan dilanjutkan ke Bandara Suvarnabhumi Bangkok selama 3,5 jam via Garuda Airline. Senangnya luar biasa karna ini kesempatan pertama menumpang pesawat kebanggaan negeri ini :)

Sesaat setelah sampai di negeri Gajah Putih pada pukul 08.30 waktu setempat (waktunya sama dengan Jakarta) dan memandang sekeliling bandara  kupikir tak ada yang istimewa. 'Tapi kok negeri ini begitu terkenal dengan wisatanya'kataku dalam hati.


Koin Monorel
Menuju Samran Hotel Place yang lokasinya kurang lebih 800m dari KBRI, kami menaiki monorel dengan bekal koin monorel. Ada begitu banyak foreigner dari western yang menumpangi kendaraan ini dan membuat saya penasaran tempat-tempat apa yang menarik mereka ke negeri itu.

Setelah check-in dihotel, kami keluar makan malam. Kami mencari warung makan muslim. Hidangan makan malam itu terasa lebih dengan adanya cayen (teh tarik).

Bahagia

Bahagia itu sederhana, cukup melihat seorang bocah kecil berseragam 'Baju Batik dan Celana Merah Marun' bergaya bak 'gitaris' di lampu merah ditengah hiruk-pikuk sibuknya lalu lintas. Lalu melihat seorang gadis yang dibonceng oleh ibu separuh baya yang sedang 'mengupil'. Aku tersenyum melihat tingkah laku mereka. Oh sungguh polos diri kalian,tanpa beban !

Happy Jummah Barokah
@ Office 13/12/2013