Kamis, 09 Agustus 2012

Ramadhan di Benua Etam


Minggu 4 Agustus 2012 bertepatan dengan peringatan nuzulul qur’an yakni malam ketujuh belas ramadhan, saya shalat taraweh di Masjid Islamic Center Samarinda. Sebuah kesyukuran buat saya bisa shalat berjamaah bersama umat islam dari berbagai suku di masjid ini. Masjid ini merupakan masjid terbesar kedua di Asia Tenggara. Dan Kota ini di huni oleh suku yang berbeda dari berbagai provinsi, ada Jawa, Batak, Sunda, Bugis, Makassar, Tator, serta penduduk asli daerah ini sendiri Dayak, dan Banjar. That’s really unique.
 Para Jama'ah mendengarkan ceramah

Orang yang berada di perantauan tentunya mengalami rindu kampung halaman apalagi pada bulan ramadhan, rindu berkumpul keluarga, makan masakan buatan rumah, dan rindu masa-masa kecil. Akupun mengalami hal yang sama. Di sisi lain saya bersyukur berada di tempat ini, aku punya keluarga baru yang sangat baik, teman baru, dan suasana yang baru. Penceramah dalam peringatan nuzulul qur’an ini menganjurkan kepada jama’ah untuk membudayakan baca al-qur’an di Benua Etam ini dan mempelajari maknanya. Pesan yang penuh makna menurutku, walaupun saya tidak mengerti semua yang di katakan beliau karna terkadang belia menggunakan bahasa Banjar.

 Riska and me

Keesokan harinya saya ikut berbuka puasa di kantor gubernur, Bapak Gubernur Kaltim mengundang 1000 anak yatim dan penyandang disabilitis. Sungguh miris hatiku melihat anak-anak itu. Aku tidak bisa berkata apa-apa melihat anak yatim yang bergembira ria dengan memakai baju kokoh putih dan membawa al-qur’an mendengarkan ceramah dan dilanjutkan nasyid sambil menunggu waktu berbuka puasa. Saya sungguh terheran-heran melihat senyum mereka yang merekah. Mereka sudah tidak punya orangtua, tapi mereka punya semangat hidup yang tinggi. Bukan hanya pemandangan itu yang aku lihat, pada kesempatan itu hadir pula penyandang disabilitis, “maaf” ada yang memakai kursi roda, ada yang bisu, ada yang buta, dan sebagainya. Yang paling berkesan bagiku adalah para gadis penyandang tuna wicara yang duduk di dekat saya. Para gadis-gadis cantik itu tampak seperti orang normal, mereka berdandan bak model bahkan mereka membawa Hp dan kontak-kontak dengan temannya. Artinya walaupun mereka tuna netra tapi mereka bisa membaca. Begitu analisa saya. Mereka menggunakan kemampuan yang mereka miliki dalam keterbatasan mereka.

Suasana buka puasa di kantor Gubernur Kaltim bersama 
anak yatim dan penyandang diabilitis

Merenungi kedua kejadian tersebut aku berkata dalam hati “Sungguh nikmat Tuhan yang manakah yang engkau dustakan?” Sungguh malu aku pada diri sendiri, Allah sungguh baik kepada saya. Dia telah memberikan aku umur yang panjang untuk bertemu ramadhan, aku masih mempunyai kedua orang tua, semua tubuhku tidak ada yang cacat, aku bisa berbicara dengan baik, aku bisa berjalan, aku bisa melihat dan mendengar dengan jelas. Sungguh karunia yang tak ternilai harganya. Manusia memiliki kekuatan lebih dari yang dia pikirkan dan dia memiliki akal, jadi apapun yang menimpa manusia tidak boleh di sesali. “Manusia yang hidupnya hari ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang rugi”. Keep moving in your life ^_^. You are strong.

Cheers,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar