Cerita ini ditulis oleh oleh volunteer Sahabat Pulau RuBaH Sidrap "Ermawati"
Kenal sahabat
pulau dari kak Nirma tanpa sengaja. Ia hanya bercerita singkat di pondok dan
akhirnya mengundangku datang ke meeting yang dilaksanakan di Mushallah STAIN
Parepare. Ada banyak seniorku yang hadir pada saat itu. Meeting itu, seingatku,
1 tahun yang lalu, tahun kemarin. Kak Nirma memperkenalkan Sahabat Pulau
sebagai wadah untuk berbagi banyak hal dengan adik Asuh (istilah awalnya,
sekarang adik Panda) yang berasal dari pulau yang berbeda dengan kakak Asuhnya.
Aku sangat tertarik tentunya, apalagi dengan cara berbagi pengalaman atau
pemberian motivasi terhadap adik Asuh kita dengan berkirim surat, lebih
tepatnya sahabat pena, dalam pikiranku saat itu. Tapi, sayang sekali, kesibukan
di organisasiku yang lain membuatku mengabaikan Sahabat Pulau. Terkadang Kak
Nirma atau kakak – kakak yang lain mengadakan meeting lagi dan aku tidak
datang.
Sebenarnya aku telah tergabung di Sahabat Pulau dengan programnya
Rumah Baca Harapan. Salah satunya di Sidrap, kampung halamanku, RUBAH SIDRAP.
Aku merupakan salah satu pengurusnya. Sebenarnya Kak Nia telah memberitahukanku
sebelumnya tentang terlibatnya diriku di kepengurusan. Tapi, aku anggap itu
hanya angin lalu, mungkin namaku ada di daftar itu sebagai pelengkap saja.
Awalnya memang tak peduli. Sampai akhirnya, aku ingin sekali mengikuti kegiatan
American scholarship workshop dan the east Indonesia American Alumni
association Conference dilaksanakan di Makassar, 24 November. Aku tanya Kak
Nirma, “Aku masih bisa ikut tidak kak?” Kak Nirma berkata,” Ya, bisa saja,
konfirmasi saja dengan Kak Ida (pengurus RUBAH Pinrang) atau Kak Nia (Ketua
Umum RUBAH SIDRAP). Kak Nia menyampaikan bahwa aku masih bisa ikut, lagipula
aku kan memang pengurus. Barulah aku tersadar bahwa aku ternyata punya tanggung
jawab di sana. Dan bagiku, tanggung jawab itu harus dipikul dan dilaksanakan.
Mulai saat itu aku bertekad untuk aktif nantinya. Dan aku lebih tersadar lagi,
ketika Kak Aco sebagai Indonesia American Alumni mempresentasekan kegiatan
Sahabat Pulau tersebut. Alangkah tak sadarnya diriku selama ini. Sahabat pulau
itu bukan kegiatan sembarangan, hanya orang – orang tertentu saja yang bisa
meluangkan waktu, tenaga dan uang dalam kegiatan itu.
Malam, setelah hari pelaksanaan konferensi dan workshop itu, Kak Aco
berbagi motivasi sebagai seorang volunteer dan apa – apa yang akan dilakukan di
program sahabat pulau nantinya. Aku semakin yakin untuk berjuang demi
terwujudnya visi dan misi Sahabat Pulau itu meskipun apa yang aku lakukan
mungkin tidaklah seberapa. Hanya dengan aktif di RUBAH Sidrap itulah jalanku
menjalankan tanggung jawab dan merealisasikan visi dan misi itu.
Sekarang, aku diberi tanggung jawab oleh Kak Nia, ketua RUBAH SIDRAP
yang sedang melaksanakan kegiatan KKN, untuk mengatur hal – hal yang berhubungan
dengan RUBAH. Mulai dari materi, siapa yang turun mengajar, siapa – siapa Adik
– adik RUBAH yang datang dan bagaimana perkembangannya. Aku sangat menikmati
tugas ini. Bagiku ini bukan tugas yang berat. Dan sebisa mungkin kulakukan yang
terbaik.
Menjadi volunteer memang memiliki suka dan duka tersendiri. Dan ada
banyak pengalaman seru yang aku alami. Pengalaman yang tak terlupakan, ketika
pertama kali aku datang ke Rubah dan mengajar adik – adik bahasa Inggris. Adik
– adik kan semuanya adalah anak SD. Dan pertama kali pula aku mengajar anak SD.
Sebelumnya, aku pernah mengajar di English Camp siswa SMP dan SMA. Jadi, apa
yang ada di pikiranku ketika ingin mengajar adalah adik – adik yang akan saya
ajar nantinya sama dengan peserta – peserta English camp sebelumnya.
Nah, dengan PDnya, aku memberikan lagu if you’re happy. Tapi,
kenyataannya, mereka sangat susah menyebutkannya dan susah untuk mengatur
apalagi mengajak mereka bernyanyi. Kadang ada beberapa adik – adik yang hanya
berlarian dan tak memperhatikanku. Ingin marah tapi bagaimana caranya. Benar –
benar bimbang. Akhirnya aku membiarkan saja mereka untuk tetap seperti itu.
Dalam pikiranku, siswa SD itu nakal. Sampai akhirnya, masalahku di
Rubah ini aku bawa ke perkuliahan. Saat diskusi kelompok tentang pendidikan,
dengan serta merta aku mengacungkan tangan dan menceritakan kasus ini kepada
dosenku, berharap ada jalan bagaimana menghadapi adik – adik yang menurutku
nakal ini. Dan apa yang disampaikan oleh dosenku benar – benar keren. Ia
mengatakan bahwa jangan pernah berfikir siswa kalian itu nakal, karena kalian
akan sering terpengaruh dengan apa yang kalian pikirkan. Sesungguhnya mereka
tidak nakal. Hanya saja mereka mengekspresikan apa yang mereka ingin lakukan
tanpa rasa takut. Sebenarnya mereka merasa aman berada di kelas kalian,
sehingga mereka bisa melakukan apa yang mereka inginkan. Anak – anak yang
seperti ini sebenarnya lebih mudah diketahui keinginannya daripada anak – anak
yang lebih banyak diam. Ya, aku fikir juga begitu. Akhirnya mulai saat itu, aku
berusaha menghindarkan diri dari pikiran negative terhadap adik – adik Rubah.
Terima kasih bu, atas ilmunya.
Volunteer haruslah siap memberi tanpa mengharapkan imbalan, karena
sebaik - baik pemberi imbalan hanyalah Tuhan yang Maha Esa. Seorang volunteer
haruslah senantiasa berfikir positif dalam menghadapi segala hal. Mengorbankan
waktu, tenaga, dan uang bukanlah hal yang biasa lagi. Dan, disinilah hakikat
seorang volunteer. Volunteer itu, terbiasa ikhlas terbiasa memberi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar