Minggu 4 Agustus 2012 bertepatan
dengan peringatan nuzulul qur’an yakni malam ketujuh belas ramadhan, saya
shalat taraweh di Masjid Islamic Center Samarinda. Sebuah kesyukuran buat saya bisa
shalat berjamaah bersama umat islam dari berbagai suku di masjid ini. Masjid ini
merupakan masjid terbesar kedua di Asia Tenggara. Dan Kota ini di huni oleh
suku yang berbeda dari berbagai provinsi, ada Jawa, Batak, Sunda, Bugis,
Makassar, Tator, serta penduduk asli daerah ini sendiri Dayak, dan Banjar. That’s
really unique.
Para Jama'ah mendengarkan ceramah
Orang yang berada di perantauan tentunya
mengalami rindu kampung halaman apalagi pada bulan ramadhan, rindu berkumpul
keluarga, makan masakan buatan rumah, dan rindu masa-masa kecil. Akupun
mengalami hal yang sama. Di sisi lain saya bersyukur berada di tempat ini, aku
punya keluarga baru yang sangat baik, teman baru, dan suasana yang baru. Penceramah
dalam peringatan nuzulul qur’an ini menganjurkan kepada jama’ah untuk
membudayakan baca al-qur’an di Benua Etam ini dan mempelajari maknanya. Pesan
yang penuh makna menurutku, walaupun saya tidak mengerti semua yang di katakan
beliau karna terkadang belia menggunakan bahasa Banjar.
Riska and me
Keesokan harinya saya ikut berbuka
puasa di kantor gubernur, Bapak Gubernur Kaltim mengundang 1000 anak yatim dan
penyandang disabilitis. Sungguh miris hatiku melihat anak-anak itu. Aku tidak
bisa berkata apa-apa melihat anak yatim yang bergembira ria dengan memakai baju
kokoh putih dan membawa al-qur’an mendengarkan ceramah dan dilanjutkan nasyid sambil
menunggu waktu berbuka puasa. Saya sungguh terheran-heran melihat senyum mereka
yang merekah. Mereka sudah tidak punya orangtua, tapi mereka punya semangat
hidup yang tinggi. Bukan hanya pemandangan itu yang aku lihat, pada kesempatan
itu hadir pula penyandang disabilitis, “maaf” ada yang memakai kursi roda, ada
yang bisu, ada yang buta, dan sebagainya. Yang paling berkesan bagiku adalah para
gadis penyandang tuna wicara yang duduk di dekat saya. Para gadis-gadis cantik
itu tampak seperti orang normal, mereka berdandan bak model bahkan mereka
membawa Hp dan kontak-kontak dengan temannya. Artinya walaupun mereka tuna
netra tapi mereka bisa membaca. Begitu analisa saya. Mereka menggunakan
kemampuan yang mereka miliki dalam keterbatasan mereka.
Suasana buka puasa di kantor Gubernur Kaltim bersama
anak yatim dan penyandang diabilitis
Merenungi kedua kejadian tersebut aku
berkata dalam hati “Sungguh nikmat Tuhan
yang manakah yang engkau dustakan?” Sungguh malu aku pada diri sendiri,
Allah sungguh baik kepada saya. Dia telah memberikan aku umur yang panjang
untuk bertemu ramadhan, aku masih mempunyai kedua orang tua, semua tubuhku
tidak ada yang cacat, aku bisa berbicara dengan baik, aku bisa berjalan, aku
bisa melihat dan mendengar dengan jelas. Sungguh karunia yang tak ternilai
harganya. Manusia memiliki kekuatan lebih dari yang dia pikirkan dan dia
memiliki akal, jadi apapun yang menimpa manusia tidak boleh di sesali. “Manusia
yang hidupnya hari ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang rugi”. Keep
moving in your life ^_^. You are strong.
Cheers,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar